top of page

Ini 3 Alasan Berpindah ke Pantyliner Kain

Aktivitas yang padat, ditambah iklim tropis Indonesia yang panas dan lembab merupakan potensi menimbulkan jamur di area kewanitaan.

Beberapa cara dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan daerah kewanitaan, salah satunya dengan memakai pantyliner , dan menjaga frekuensi mengganti pantyliner tersebut setiap 3 jam sekali.

Solusi ini menimbulkan masalah baru, yaitu sampah pantyliner maupun pembalut sekali pakai yang tidak bisa diurai dalam kurun waktu 10-100 tahun saja. Sampah pembalut menjadi salah satu pencemar tertinggi di Indonesia. Menurut temuan YLKI pada tahun 2015 , jumlah sampah pembalut di Indonesia dalam satu bulan bisa mencapai 1,4 miliar.

Karena itu , alasan pertama ,ternyata kita telah ikut membebani lingkungan dengan memakai produk Pantyliner Disposable. Untuk menguranginya , lebih baik gunakan Pantyliner Disposable seperlunya, dan lebih banyak gunakan Pantyliner Kain.

Kedua, maraknya berita temuan pantyliner yang mengandung zat pemutih klorin juga menjadi alasan. Apa yang terjadi jika pembalut dan pantyliner yang dipakai tiap bulannya ternyata mengandung klorin? Bagi kesehatan reproduksi, klorin memiliki dampak berbahaya karena proses pemutihan bahan baku pembalut dengan klorin bisa menghasilkan zat dioksin sebagai produk sampingannya . Selain keputihan, gatal-gatal, dan iritasi, zat ini juga dapat memicu kanker.

Dan ketiga, pada beberapa wanita, adanya zat pemutih dan material sintetis dalam pantyliner juga kerap menjadi penyebab iritasi pada area kewanitaan. Sedang pada pantyliner kain, ini sama saja dengan memakai material kain pada pakaian dalam, sehingga semua residu sisa produksi dan kotoran juga akan ikut hilang bersamaan dengan proses pencucian.

Featured Posts
Periksa lagi nanti
Setelah postingan dipublikasikan, Anda akan melihatnya di sini.
Recent Posts
Archive
Search By Tags
Belum ada tag.
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page